Belajar Dari Batu


Sebagai penggemar batu kelas pemula bin cekeremes, saya itu ya senang kalau melihat koleksi batu permata punya nya teman teman. Kelas saya ya itu, gemar melihat. Syukur syukur kalau di pinjami, atau di hadiahi.
Kapan hari, ada teman yang meminjami saya sebutir batu indah. Namanya king safir. Biru cerah bersinar. Saya ya merasa, wah elok betul ini batu. Ciamik, hebat.
Kata teman yang meminjami, ' bawa saja mas, kalau tertarik silakan di bayar dengan harga sesukanya '. Elok betul lagi ini, harga kok sesukanya. Teori ekonomi mungkin sulit menjelaskan katagori harga jenis ini.
Singkat cerita, king safir itu saya bawa ke teman lain, yang memang pakar batu safir betulan. Setelah di cek, komentarnya mengejutkan. Ini safir imitasi, bukan safir alam. Weh...elok lagi ini...bagusnya kayak begitu, kok ternyata imitasi. Saya jadi dapat pelajaran hidup berharga.
Pertama, penampilan sekilas kadang menipu. Karena kesan gemerlap yang kita lihat, kadang kita menyangka sesuatu itu hebat. Ujian dan waktu yang kemudian akan membuktikan.
Kedua, natural dan imitasi itu jelas berbeda. Proses alam yang keras dan panjang akan berdampak pada kualitas. Sebaliknya, proses instan, walaupun terlihat gemerlap, akan menghasilkan cacat permanen. Cacat ini laten, tersembunyi. Hanya di ketahui oleh ahlinya.
Ketiga, harapan yang terlalu besar, apalagi melibatkan emosi kita, setelah kita tahu semua itu imitasi, hasilnya adalah kecewa dan sakit hati.
Mungkin ini pelajaran hidup yang di berikan Allah Taala lewat sebutir batu indah ciamik berwarna biru. King safir.
Terima kasih kepada teman teman perbatuan. Ternyata banyak pelajaran di sana.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng