Munyuk


Orang Jawa memang kaya bahasa. Sebuah benda, bisa mempunyai bermacam nama. Bisa jadi sedikit berbeda bentuknya, atau bahkan sama, tapi kaya nama. Alat pemotong, pisau besar, namanya bisa arit, bendho, mothik, clurit.
Lha ini sama untuk urusan hewan. Kewan cilik beda nama dengan hewan besar. Kuthuk dan pitik. Belo dan jaran. Gudel dan kebo. Gogor dan macan. Sawiyah dan cecak. Semua sama, hanya berbeda kecil dan besar.
Saya curiga, jenis hewan tertentu mempunyai nama nama yang rasanya berbau 'mingsuh'. Padahal kalau di gagas, mereka ini ndak punya salah apa apa.
Contohnya kera. Boso kromo hewan ini sungguh berwibawa, wanara. Tapi boso rakyat jelatanya terasa mengenaskan. Kethek, monyet, dan lebih mengenaskan lagi, munyuk. Saya ya kurang tau, apakah penamaan ini berkait dengan urusan olok olok.
Yang jelas, mantap betul kok mengolok dengan sebutan di atas.
Saya kira, kita wong Jawa itu kontradiktif. Satu sisi alus betul, dan bisa sebaliknya. Kita menyebut gigi yang bagus sebagai 'miji timun'. Alis yang bagus sebagai 'nanggal sepisan'. Sebaliknya, kita bisa ngunek unekke orang, 'woo...untumu njepat'.
Ellhoh...kejadian yang mengerikan, malah kita gunakan untuk ngunek unekke uwong.
Saya pikir ini pelajaran berharga bagi kita orang Jawa. Kita di ajari melihat sisi sisi diri kita, dari pilihan kosa kata yang kita gunakan. Inilah pesan 'ajining diri ono ing lathi'.
Kita memang perlu melatih diri terus menerus untuk menjadi orang yang 'njawani'. Jangan sampai menjadi wong Jowo sing kelangan Jawane.
Wah...kok jadi mbulet begini...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng