Kata ini tak berķait dengan zakat. Pun tak berkait dengan kegagalan saya mengeja huruf F. Kata ini populer di Solo dan sekitarnya, terutama di hari raya.
Kata ini identik dengan bagi bagi uang di hari raya, terutama untuk anak anak. Pun orang dewasa kadang meminta, meskipun sekedar kelakar belaka.
Kita ingat masa kecil kita, momen teristimewa adalah berziarah ke tetangga, dan mendapat pitrah sekeping dua. Di zaman itu keping rupiah masih sangat berharga.
Di zaman kini pun tak jauh beda. Betapa si anak berwajah cerah mendapat lembar biru, merah, atau jingga. Ya, saat sekarang, keping rupiah tak lagi berharga.
Tapi ada yang luput dari perhatian kita. Kita tak cukup memberi bekal ilmu si anak, tentang uang di tangan mereka. Hanya tau merah lebih berharga. Tak tahu setelah itu mau kemana.
Yang terjadi kemudian, kita hanya mewariskan hura hura. Mercon kembang api mainan cina menjadi keseharian mereka.
Begitulah kita hari ini, menanamkan silau harta tanpa tau kegunaan manfaat utama.
Ini tulisan sekedar prosa liris berakhir huruf A. Tak apalah di baca sekedar saja.
EmoticonEmoticon