Saya kurang tau, mengapa bus kelas ekonomi itu kok di sebut bumel. Apakah bus ekonomi lemah? Entahlah. Yang jelas pada masa hari raya, para penumpang di untel untel. Yang berdiri di depan diminta mundur, yang di belakang diminta maju. Ayo maju mas, sih longgar kui lho...sambil terus teriak ke calon penumpang, ayuh munggah, ra ono bis... Wah nek iki ngapusi pak...
Anda yang belum pernah naik bus bumel, saya rekomendasikan sekali kali merasakan. Terutama anda para pejabat. Blusukan naik bus bumel.
Banyak kejadian unik, cermin rakyat kita. Ada ibu ibu yang bawa dua tiga anak, sambil optimis ada yang mengalah orang lain rela berdiri. Ada yang marah marah. Ada yang ndak jelas, pak kondektur menaikkan penumpang sampe uyel uyelan ini karena faktor mesakke para calon penumpang yang kleleran, atau karena ini kesempatan ambil untung.
Bumel oh bumel, di rindukan tapi ya di maki maki. Kalau berjalan lambat hati hati, di grundeli 'iki bis opo keong...' kalau cepat di grundeli juga 'aku sih duwe anak bojo pak sop...'.
Apa kita semua itu ya memang begitu ya...suka mengrundel.
Dan memang kita sering serba salah, begini di komentari, begitu juga di komentari, diampun juga di komentari.
Pak sopir memang hebat betul, para penumpang mau ngrundel, tetep jalan terus. Coba kalau mutung, bisnya di tinggal. Apa ya para penumpangnya ndak mumet.
Ini jelas pelajaran berharga.
Selamat pulang kampung, dan menikmati indahnyà bus bumel.
EmoticonEmoticon