Panjenengan yang rumahnya Solo, kalau lewat jalan jalan yang merupakan akses ke kota Solo, pas menjelang jalan kantor, pasti mumet. Jalan arah selatan, timur, utara, barat, semua karakternya sama. Riyel dan terburu buru. Kalau di tanya, 'lha pripun...selak telat niku...'
Tidak bisa di pungkiri, banyak sekali pekerja di kota kota metropolis atau hampir metropolis, yang bermukim di luar kota. Yang dekat dekat saja. Dan tiap hari di pastikan wira wiri dari rumah ke tempat kerja, di tambah lagi antar anak sekolah, dan sekali kali dolan. Walhasil, pada jam jam tertentu, kebutuhannya sama. Segera sampai ke tempat kerja, atau sekolah.
Saya kira ada beberapa persoalan yang harus kita urai, karena ini jelas realitas, dan menjadi masalah. Masalah sekarang, dan besok.
Pertama, seolah kita tidak punya plan pengembangan kota. Setiap kota pasti akan tumbuh. Dan setiap warga membutuhkan fasilitas penunjang aktivitas. Pangan, sandang, papan jelas kebutuhan primer. Tapi itu tidak cukup. Butuh sarana pendidikan, transportasi, ruang terbuka publik. Perumahan yang tumbuh di sekitar kota, seolah tumbuh tanpa rencana. Sarana transportasi tidak ada rencana untuk mendukung tumbuhnya perumahan di luar kota. Infrastruktur jalan, kuantitasnya sama seperti 20 atau 50 tahun lalu. Tanpa perencanaan.
Kedua, seolah setiap orang di biarkan berkreatifitas menyelesaikan sendiri persoalannya. Karena tranportasi adalah kebutuhan harian, mau tidak mau harus ada alat transportasinya. Yang punya uang lebih beli, beli mobil, yang agak ngepas kredit motor, yang ndak punya apa apa pasrah naik kendaraan umum. Semua berlomba di jalan.
Ketiga, resiko bahaya. Karena pemakai jalan makin banyak, dengan alat transportasi yang di miliki, sementara infrastruktur tak berubah, ada resiko bahaya. Kita bisa bayangkan resiko truk tronton, bis, minibus, sepeda motor bawa bronjong, sepeda onthel melaju di jalan yang sama, pada saat yang sama. Dalam keadaan di kejar waktu lagi.
Kita kadang baru tergugah untuk melakukan perbaikan, ketika jatuh korban. Tahun 2013, jumlah kematian di jalan raya 25.000, kata pak Sutarman Kapolri pada 26/1/2014.
Apa ya mau terus beginikah kita? Bergulat dengan resiko di jalan raya setiap hari.
Saya rasa pemerintah, wakil rakyat, para pakar tata kota, para pakar perencanaan, pakar transportasi, dan lain lain harus duduk bersama. Cari solusi.
Jangan sampai kita menjadi negara tanpa rencana. No...sekali lagi...No...
EmoticonEmoticon