Kesederhanaan

Kesederhanaan

Ada seorang yang terasa dekat di hati saya. Beliau ini mantan pejabat penting di negeri kita. Lha saya ya ndak tau, kenapa kok terasa dekat di hati. Sering ketemu, ndak. Saya di fasilitasi ini itu, ya ndak. Hanya merasa dekat saja. Titik. Mungkin ini sebabnya. Kapan hari, saya duduk di samping beliau pas ngisi pengajian. Selesai acara saya menawarkan diri untuk mengantarkan beliau pulang. Saya tau, saya kebangetan. Lha wong saya ke pengajian pake sepeda motor. Biasanya beliau kan pake kendaraan bagus. Sesuai dugaan saya, beliau enteng saja menyambut tawaran saya. 'Ayo akhii...ndak masalah....' Deg. Peristiwa kecil ini jadi hikmah buat saya. Kesederhanaan itu bukan sesuatu yang di buat buat. Not pencitraan ini itu. Kesederhanaan itu adalah menggunakan fasilitas hidup apa adanya. Apa yang tersedia, ya itu yang di manfaatkan dengan rasa syukur. Kesederhanaan bukan pura pura berbaju rombeng. Pura pura agar di lihat orang zuhud. Kesederhanaan itu adalah, saat mendapat karunia yang baik tidak jumawa. Saat di berikan yang kurang sreg, tetap bersyukur. Apa adanya. Itu hikmah yang saya tangkap. Semoga kita bisa tetap sederhana, apa adanya.

Judulnya Di Belakang Saja Ya...


Negeri kita negeri kaya. Apa apa ada dan berlimpah. Sampai ada ungkapan gemah ripah loh jinawi. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Kita pun jadi punya kebiasaan 'orang kaya'. Dalam tanda kutip lho... Tadi siang di kantor, ada kertas di uwel uwel di lantai saya pungut. Saya bilang,'mbak tinimbang di buang, mbok di potong potong saja, di buat note'. Jawaban nya sederhana, 'di kantor banyak kertas kok'... Lha ini....sifat 'orang kaya'. Apabila kita wudhu, umumnya kita ya krannya di buka pol. Walaupun kebutuhannya cuma buka seperempat, buka pol saja...wong air ndak beli. Negeri kita air berlimpah, ndak kayak suudi yang mahal air. Makan ndak habis, ya buang saja. Malah, kalau acara bersama, kalau makanan di piring kita habiskan sampai tandas, kita nanti di sebut kemaruk. Rakus. Lampu listrik di rumah, atau di kantor, menyala siang hari, mbok ya biar. Wong negeri kita kaya listrik. Buktinya, kalau musim hujan begini, petir di langit terus menyala. Kita bisa tidak khawatir kehabisan kertas, air, beras, listrik dan lain lain kalau kita boros. Tapi ada yang perlu sangat kita khawatirkan. Menjadi saudara syaitan. Seingat saya, kata ibnu Katsir dalam kitab tafsir nya, kata syaithon berasal dari kata syathana yang berarti menjauh. Maksudnya menjauh dari hidayah Allah, menjauh dari rahmad Allah Taala. Deg...lha siapa di antara kita yang tak butuh hidayah dan rahmad Allah, kasih sayang Allah Taala? Siapa diantara kita yang sudi menjadi saudara syaitan?

Timnas Sepakbola

Timnas Sepakbola

Saya menulis ini bukan karena saya pakar pengamat sepak bola, atau mantan atlet. Wong prestasi terbaik saya ya cuma pernah menjadi pemain unthul bawang pertandingan antar kelas. Tapi karena saya cinta Indonesia, dan gemas dengan penampilan timnas di aff. Membawa identitas nasional je... Saya kira, negeri kita berlimpah potensi. Suporter, ndak di ragukan lagi. Ultra fanatik. Sampe di rewangi beli tiket, perjalanan jauh, kalo perlu gelut. Uang. Berapa milyar uang di gelontorkan untuk urusan sepak bola. Gaji pemain bola selangit. Ada ekspatriat bola. Ndak papa lapangan nya becek berlumpur, asal ada pemain asing. Pembibitan bola berlimpah. Kita terkejut ada pemain sekelas roni yabes dari ntt di timnas 19. Kota nya mana ndak tau, yang penting NTT. Sekolah bola ada di mana mana. Bahkan tim sekelas Arsenal punya sekolah bola di sini. Kurang apa jal? Yang jelas, masyarakat rindu prestasi dan bal balan bagus. Kita masih ingat, antusiasme penonton ketika timnas 19 pas top topnya. Prestasi. Siaran langsung sepak bola yang mbayarnya selangit, rating nya tinggi. Sampe klub klub seperti real madrid, united, barca punya fans klub di sini. Bal balan bagus. Lha di mulai dari mana? Saya kira para pakar bola dan pengamat sudah punya ide ide hebat. Saya cuma mengingatkan saja. Dari mantan pemain unthul bawang. Sekarang adalah jaman modern. Semua ada ilmu dan teknologinya, termasuk bal balan. Tim tim hebat itu tidak begitu saja muncul. Mereka punya sistem hebat berdasar iptek. Taktik di lapangan pun pakai iptek. Tiap pemain punya catatan, lari nya berapa kilo, umpan akurat nya berapa persen. Statistik. Iptek ini menjadikan tim jadi gesit, lari terus 90 menit bahkan lebih. Berbagai varian skema di terapkan. Hasilnya, lha orang orang itu betah liat bola sampai subuh. Setiap tim punya ciri permainan. Barca tiki taka. Madrid ndak tau apa. Timnas spanyol, itali, brasil, jerman punya ciri, makin hebat dengan polesan iptek. Tetangga jauh kita, korsel pun bermain dengan speed and power. Lha saya tu gemes liat pemain timnas di piala aff. Powernya mana, gesit nya mana, strategi taktiknya mana, ciri khasnya mana? Saya ya jadi kasihan, tim tim semacam vietnam philipina bermain gesit taktis, kita masih gaya tradisional. Dapat bola, langsung tendang ke striker di depan. Lha gimana lagi. Masak ya harus bilang, kita tidak di takdirkan bermain sepak bola. Suporter rusuh. Sepakbola gajah. Lapangan becek. Tidak. Sekali lagi tidak. Sepakbola Indonesia harus maju. Timnas harus bagus. Pokoke. Wah...saya ternyata tetap orang jawa. Pokoke....

Ah Ndak Apa-Apa, Wong Cuma...

Ah Ndak Apa-Apa, Wong Cuma...

Kapan hari pas bersih bersih sangkar burung di depan rumah, saya menjumpai sepotong puntung rokok. Hal biasa sebenarnya, panjenengan semua juga biasa menjumpai. Saya cuma bisa membatin, 'sopo sing ngguwang sak nggon nggon iki...' Saya kira, ini karena keyakinan 'ah ndak papa, wong cuma puntung rokok aja lho...'. Puntung rokok, apalagi cuma sepotong, ndak menyebabkan kotor di gang kampung. Itu biasanya 'keyakinan' kita. Lain hari, kita punya sekantung plastik sampah. Tengok kiri kanan ndak ada tempat sampah, di depan kita ada sungai. Ah ndak papa...cuma sekantung... Lha celakanya, yang berkeyakinan semacam ini ternyata bukan hanya kita. Hasilnya, pintu air sungai sungai di Jakarta menjadi bak sampah raksasa. Lain hari, di perempatan lampu merah antrian kendaraan begitu banyak. Nunggu lampu merah kelamaan. Serobot saja. Ndak papa...cuma sepeda motor satu aja lho... Ah ndak papa nyerobot antrian bayar ini itu...ngurus ini itu...wong cuma satu...ndak papa menyelipkan lima ribu...daripada antri...wong cuma lima ribu... Ah ndak papa sholat maghribnya luput...bentar lagi masih ada shalat isya...nanti saya tak minta ampun karena meninggalkan shalat maghrib, Allah Maha Tau saya sibuk... Lain hari kita tergoda melakukan dosa... Ah ndak papa...wong cuma dosa kecil saja lho... Lain hari....kita ngapusi....ah ndak papa...wong cuma ngapusi saja lho... Ah ndak papa....ah ndak papa... itu cara kita memaklumi keburukan kita. Sambil berharap tak ada akibat belakangan, wong ya cuma kecil kecilan saja. Seorang bijak mengatakan, 'hati hati menyepelekan dosa kecil, tidaklah sesuatu yang besar kecuali di mulai dari yang kecil'. Jadi, kalau kita menghindari suatu keburukan kecil, bukan karena kita sok suci, sok alim...dan sederet tuduhan yang sering kita dengar. Tapi karena kita khawatir ada akibat besar di belakang karena kita menyepelekan. Jangan jangan negeri kita yang punya banyak masalah, di awali dari...ah ndak papa...wong cuma....

Anjing

Anjing

Mohon maaf, saya tidak sedang mingsuh mingsuh. Jadi, judul di atas di baca dengan nada biasa saja. Hari jumat, atau malam jumat bagi ummat Islam di sunnahkan untuk membaca surat al Kahfi, surat nomer 18 dalam al Quran. Terdiri dari 110 ayat. Ada beberapa kisah dalam surat ini, ada kisah nabi Musa as ketika mencari Khidr, kisah perjalanan nabi Musa as bersama Khidr, kisah Dzul Qarnain, dan terutama kisah ashhabul kahfi yang di jadikan nama surah ini. Ada sesuatu yang menarik perhatian saya dari kisah ashhabul kahfi ini. Kisah ashhabul kahfi ini tidak bisa di lepaskan dari seekor anjing yang menyertai mereka. Seekor hewan yang oleh sebagian kita manusia di jadikan kata ganti untuk mengolok olok sebagian kita lainnya. Seolah binatang ini sesuatu yang menjijikkan. Kasihan ya, tapi ya gimana lagi, wong sudah kebiasaan. Anjing ashhabul kahfi ikut mendapat kemuliaan, di abadikan dalam al Quran. Anjing ini ikut mulia karena mereka bersama sekelompok manusia yang berpegang teguh pada kebenaran. Kekeuh mempertahankan aqidah, mempertahankan keyakinan, walaupun menghadapi ancaman penguasa ketika itu. Pelajaran bagi kita, kalaupun kita bukan jenis orang hebat. Bukan pahlawan hebat. Bukan jenis manusia berderajat langit. Kita akan mendapat kemuliaan dengan membersamai kelompok manusia yang berpegang teguh dan istiqamah di jalan Allah Taala. Mungkin kita akan tertatih, capek dan semacamnya. Tapi semuanya tidak akan sia sia, semuanya mendapat nilai di sisi Allah Taala. Tuhan kita semua. Bismillah. Luruskan niat, kuatkan tekad, segera melangkah.

Apes

Apes

Saya tu ya ndak tau, kok ada ukara boso jawa yang sama penulisannya dengan bahasa inggris, walaupun membacanya sedikit berbeda. Maknanya jauh berbeda. Kita menyebut apes itu misalnya, enak enak ngepit pelan pelan, tiba tiba di sosor bebek, trus kita jatuh. Sebaliknya kita menyebut beruntung, ada gukguk di ujung gang,kita lewat ndak berani,tiba tiba pemiliknya datang. Lega lah kita. Bisa lenggang kangkung. Beruntung. Cuma sekarang ini, kata apes mengalami pembelokan makna. Saya pernah dengar di penjara, 'Lha njenengan kenapa pak, kok bisa masuk (penjara)?'.Jawabnya, 'Apes mas, pas keplek (berjudi), konangan pulisi...' Deg...woo...lha ini...yang menyebabkan pelaku kriminal, koruptor, pengedar narkoba, peminum oplosan..ndak kapok dan ndak sadar keburukannya. Lha ketika ketangkep atau celaka, bilangnya...'Pas apes kok mas...' Menurut saya, apes itu ndak ada. Semua sudah ada dalam catatan di atas sana. Cuma, tak seorangpun di antara kita suka apabila celaka. Alih alih mengambil hikmah dan mengevaluasi diri, kita lebih suka lari sejauh jauhnya, atau kalau benar celaka, menggerutu dan marah marah. Malah sebagian kita, begitu khawatirnya, kejatuhan seekor cecak, kita langsung yakin bakal celaka. Rasa ini namanya tasya'um. Yang kita butuhkan sebenarnya sederhana. Niat yang baik, rencanakan, lakukan sesuai sunnatullah. Maksud sunnatullah adalah memperhatikan aturan agama. Boleh ndak boleh. Halal haram. Dan lakukan sesuai kaidah umum, kita biasa menyebut hukum alam. Jelas salah kalau mengabaikan semua, dan ketika ndak sesuai dengan apa yang kita mau, kita enteng bilang...apes. Butuh uang...mencopet saja...ketangkep...apes. Wah....

Klangenan

Klangenan

Sepulang jalan kaki dari masjid tadi saya berpapasan dengan tetangga. Jalan jalan bersama anjing. Biasa saja. Yang tak biasa, si anjing kaki depan sebelah kirinya di gips sirkuler. Patah tulang rupanya. Saya ya tanya, 'kenapa mas?' Ature, ketabrak montor... Lha ini... saya dan banyak di antara panjenengan mungkin berpandangan, wong cuma anjing, patah kaki mbok ya biar, nanti rak sembuh sendiri. Kalaupun akhirnya mati, ya sudah...wong ya cuma anjing. Anjing tetangga saya itu anjing ras. Jenisnya golden retrivier kalo ndak salah. Itu lho, anjingnya besar, coklat, berambut panjang. Saya pernah nanya, anjing kayak gitu harganya berapa? Dan jawabannya top betul, dulu belinya sekitar 3 juta, sekarang harganya sekitar 7 juta. Elok betul, wong anjing saja lho...7 juta. Saya ini memang ndeso, tapi saya tau, itu namanya klangenan. Sesuatu yang kadang absurd. Dan di dunia ini banyak yang absurd. Burung kenari sak precil harganya jutaan, ayam dengan besaran sama paling seribu perak. Burung beo yang hanya bisa berucap satu dua kata, harganya selangit, kita manusia bicara beribu kata, kadang tak di hargai. Klangenan membuat logika kita tak jalan. Tapi ya mau gimana, klangenan je...

Aerobik

Aerobik

Kalau kita membaca kata ini, yang teringat adalah olahraga yang pakai musik dinamis, seorang instruktur di depan. Panjenengan tidak salah. Tapi, saya kali ini bermaksud membicarakan sistem metabolisme kita. Di pelajaran biologi, kita ingat ada dua jenis metabolisme, aerob dan anaerob. Metabolisme aerob membutuhkan oksigen, anaerob sebaliknya. Anaerob menghasilkan asam laktat, aerob sebaliknya. Contoh metabolisme anaerob, pulang kerja jalan kaki, tiba tiba seekor anjing mengejar kita. Tanpa pikir panjang, kita lari sipat kuping. Kita tak perlu atur napas, malah kita mengeden -lha ini bahasa indonesia nya ya apa - Red. Ngos ngosan nya setelah itu. Dan di jamin setelah itu rasanya pegal pegal. Kita tahu, ini karena asam laktat menumpuk di otot kita Kita sering berolahraga, cuma kadang salah manajemen. Alih alih menjadi bugar, kita malah pegal pegal. Ini karena kita berolahraga dengan pola metabolisme anaerobik. Yang kita butuhkan sebenarnya adalah pola aerobik. Pola aerobik inilah yang menjadikan tubuh kita bugar dan tak mudah capek. Caranya? Sederhana sekali sebenarnya. Rumus nya cuma dua, ritme dan durasi. Panjenengan butuh ritme sedikit lebih cepat dan waktu yang cukup. Semua jenis olahraga bisa kita lakukan. Contoh nya olahraga jalan kaki. Jalan lebih cepat, kita menyebut jalan cepat. Ambil waktu yang cukup, misalnya 20 menit. Ini yang membedakan dengan jalan kaki di pasar, Sama-sama jalan kaki, polanya berbeda, dan hasilnya pun berbeda. Ciri nya mudah, apalagi panjenengan berjalan cepat sampai ngos ngosan, keringat bercucuran, di suruh menyanyi ndak bi,tapi masih bisa bicara. Itu pertanda olahraga panjenengan sudah aerobik. Selamat mencoba, dan selamat menikmati nyaman nya badan yang bugar.

3G dan 2G

3G dan 2G
Di zaman yang katanya era 3G ini, kita minta yang serba cepat. Pokoknya yang lelet lelet minggir. Lagi asyik akses fb,kok tiba tiba sinyal nya menyala edge, wah. ...bisa marah marah sendiri kita ini. Apalagi konon sebentar lagi era 4G LTE datang, kita akan menuntut yang lebih cepat lagi. Anti lelet. Tapi sebenarnya, kecepatan juga bergantung pada pesawat kita. Kalau pesawat kita masih berteknologi 2G, ya sudah tho, sabar. Alon alon waton kelakon. Saya kadang menyaksikan, pengajian dengan materi agak angel angel. Saya kadang melihat respon para pendengar, ya macam macam. Ada yang serius menyimak, mengingat, bahkan mencatat. Ya kadang ada yang kalau di tanya, isi materi pengajian nya apa, jawabannya sederhana, embuh mas...aku bingung. Ini menurut saya, kok hampir mirip 3G 2G. Kalau ndak sinkron, timpang. Pemateri nya sudah menyampaikan yang top, kita masih 2G. Atau kita sudah menyiapkan diri kita untuk menjadi 3G, kok sinyal nya 2G terus ya.... Saya pikir, kita punya tugas meng upgrade diri terus menerus, agar siap dengan sinyal apapun yang kita terima. Kalau sinyal nya 2G oke, 3G juga oke. Seperti kita yang juga antusias meng upgrade pesawat kita. Selamat meng upgrade diri....

Gelombang Pop

Gelombang Pop
Kita sering merasa ngeri dan ciut nyali ketika menghadapi realitas di sekitar kita. Kita ngeri melihat penonton pertunjukan musik dangdut yang meluber, atau fans artis yang nangis nangis ketika bertemu idolanya. Atau anggota gank motor yang buanyak itu. Atau kehebohan orang yang memenuhi jalan meramaikan pergantian tahun kemarin. Panjenengan yang berpegang kencang pada prinsip kadang ndak habis pikir, hanya bisa garuk garuk kepala yang tak gatal. Saya rasa kita perlu membaca banyak fenomena di sekitar kita dengan menyimak fenomena gelombang. Namanya gelombang, kadang besar kadang kecil. Tapi kita harus ingat, namanya gelombang, pukulan nya berganti ganti. Kadang pergantian nya sangat cepat. Meski demikian, tak boleh di sepelekan, apalagi di abaikan. Banyak kisah perahu nelayan goling karena gelombang. Kita ingat ada artis ini itu, yang dulu di penggemarnya luar biasa, sekarang entah dimana. Joget ini itu yang mewabah, sekarang tak tampak bekas nya. Ndak hilang, hanya berganti model. Silih berganti, dan pergantian nya kadang cepat. Harus bagaimana? Tampaknya kiat para nelayan perlu kita cermati. Nelayan tak pernah menyerah pada gelombang. Selalu ada cara berurusan dengan gelombang. Pertama, kapal atau perahu. Nelayan tidak mengarungi gelombang dengan berenang. Mereka berperahu. Apakah kita sudah berperahu untuk mengarungi gelombang pop? Makin besar dan makin kuat kapal kita, gelombang makin mudah di hadapi. Kapal induk yang sangat besar dengan mudah melewati gelombang samudra. Kedua, tidak bersendirian dan selalu membangun kerjasama. Ada adagium, apabila pingin cepat, melaju lah sendirian, tapi apabila pingin selamat, melaju lah bersama teman. Ketiga, selalu menambah skill dan pengetahuan. Berikut nya, sumonggo panjenengan tambahkan.

Tikus, Kucing dan Manusia

Tikus, Kucing dan Manusia
Lha wong lupa, tadi malam ada sepotong daging ayam di atas meja, lupa di masukkan lemari. Tertutup sebenarnya. Pagi pagi lenyap. Jelas yang menjadi tersangka adalah tikus. Mau lapor polisi, kok ya tersangka nya tikus. Tapi saya jadi tahu perbedaan tikus, kucing, dan manusia. Dulu saya punya kucing, namanya Hacung. Kami sekeluarga berusaha mengajari Hacung untuk tidak memakan yang bukan haknya. Alhamdulillah cukup berhasil. Apabila di atas meja ada makanan, Hacung diam saja. Ternyata kucing bisa di didik. Walaupun kadang nakal juga. Mencuri juga. Lha tikus ndak bisa di didik. Terlena sedikit, habis sudah. Jangankan yang terbuka, yang tertutup saja di curi. Namanya juga tikus. Adapun manusia, kita di ajarkan untuk tak mengambil yang bukan hak kita. Pun ada kesempatan, kalau bukan hak kita, ya ndak usah ngiler. Persoalan nya adalah, susah apabila terbalik balik. Ini tikus, kucing, atau manusia. .... Tambah runyam lagi, kita manusia pintar ber argumentasi. Tikus, kucing, manusia, kadang sulit di bedakan.

Negeri Kata-Kata

Negeri Kata-Kata
Negeri kita memang negeri heboh. Ada saja yang di heboh kan. Saya tidak bermaksud ikut ber heboh heboh. Membela ini menyalahkan itu. Tapi kok ada yang menarik perhatian saya, yang saya pikir bisa menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita semua. Salah satu ujian yang berat itu adalah, kita di uji dengan kata kata kita sendiri. Karena bicara itu gratis, banyak diantara kita berbicara itu seolah ringan. Tanpa konsekuensi, tanpa akibat di belakang hari. Kpk kalau nangkap orang, enteng saja konfirmasi nya. Kita buktikan di pengadilan saja, kami mempunyai bukti bukti cukup. Nah, sekarang kpk di uji dengan kata kata nya sendiri. Ini pelajaran bagi kita semua, karena setiap kita pun punya kata kata. Pernah kah kita di uji dengan kata kata kita sendiri?

Opini

Opini
Kita sering kerepotan dengan urusan opini. Kita yang jarang di depan tivi, sampai harus nyelakke waktu, liat berita. Yang jarang beli koran, nyelakke beli koran. Mendadak muncul komentator komentator, dari yang pro sampai kontra. Diskusi dadakan, mulai di hik sampai lapangan badminton. Ya itu, membicarakan opini. Saya melihat, opini itu muncul karena beberapa komponen. Pertama, ada kreator opini. Kedua, materi yang di opinikan. Ketiga, media penyebar opini. Keempat, kita kita yang menjadi penyimak opini. Opini ini terkadang membuat sesuatu tidak sesuai fakta. Benar jadi salah, salah jadi benar. Pahlawan jadi penjahat, penjahat jadi pahlawan. Kita pun juga, karena opini rasa anyel bisa menjadi simpati. Contoh nya, ada berita pencopet tertangkap warga, babak belur. Kita yang harus nya anyel sama pencopet, malah prihatin, 'kok ya mesakke tho....' Ya itu, pintar nya kreator opini. Tapi menurut saya kok ada yang aneh ya...si kreator opini seringkali tak tampak. Mungkin bersembunyi di belakang layar, sambil senyum senyum melihat kita heboh. Mungkin nanti ada yang menamai anak nya opini, karena hebatnya istilah ini.

Berpihak

Berpihak
Urusan berpihak, sebenarnya adalah bagian hidup kita sehari hari. Ada pertandingan bola Indonesia lawan manapun, kita berpihak pada tim Indonesia. Main nya bagus atau ndak, nomor dua. Ada sebuah tim asing, tak pernah kenal kita sama tim itu, karena di sana ada pemain yang namanya beraroma bangsa kita, kita berpihak lah, ya kita dukung lah. Berpihak memang kadang tak rasional. Lha mau apa, perasaan je.... Kadang kita tertipu, karena berpihak yang mengalahkan akal sehat, realitas jadi kabur. Kita menghibur diri melihat realitas yang mengecewakan dengan berbagai alasan. Paling gampang adalah menyalahkan orang lain, atau apapun yang bisa di salahkan. Kambing putih bisa jadi kambing hitam, karena ndak ada yang lain yang bisa di salahkan. Kalau perlu, ayam di jadikan kambing hitam. Sebenarnya, kalau di rasakan, jan jan nya itu cuma upaya kita menghibur diri terhadap kekecewaan. Cuma, saya mengingatkan, menghibur diri itu ya ada bosannya. Persoalan nya adalah, kalau sudah bosan menghibur diri, trus bagaimana...mutung, memaki maki yang dulu kita pihaki. Itu semua bukan pilihan. Mari kita terus memperbaiki diri. Bismillah.

Uang

Uang
Banyak orang ketika di tanyakan, apakah persoalan utama diri nya? Menjawab kekurangan uang. Uang nya tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan apabila di tanyakan, apakah harapan utama nya? Menjawab, punya banyak uang. Benarkah uang mampu menyelesaikan banyak persoalan? Bisa jadi iyya. Apalagi di kaitkan kebutuhan kita sekarang yang membutuhkan serba uang, dan keinginan kita untuk ini itu masih sangat banyak. Apalagi bagi kita yang pesimis bin sinis dengan kondisi negeri kita. Pokoknya uud, ujung ujungnya duit. Tapi saya kok melihat lain ya.... bisa jadi, uang ini menjadi trap baru bagi kita. Banyak lho, orang berubah sikap. Ketika uangnya masih sedikit, biasa saja. Ketika uangnya banyak, kok ada perubahan ya... Kita biasanya memaklumi, orang kaya kok... Saya sebut trap baru, karena banyak kisah manusia tertipu dengan silau nya uang. Di zaman Nabi Musa as, kita mengenal sosok bernama Qarun, yang kunci gudangnya saja, di pikul orang orang kuat, kabotan. Di zaman Rasulullah saw, ada sosok Tsalabah, si peternak kambing. Di zaman kita, mungkin bukan sikap yang persis sama dengan Qarun atau Tsalabah, tapi saya pikir akar masalahnya sama. Tertipu oleh uang atau harta. Karena urusan uang, tak peduli orang lain, orang lain celaka mbok biar, asal saya kaya. Orang lain terhalang haknya mbok biar, wong saya ya dapat apa apa. Kadang yang tertipu malah diri sendiri. Merasa lebih hebat dari orang tuanya, hanya karena uangnya lebih banyak. Merasa tak memerlukan Gusti Allah lagi, karena uangnya bertumpuk undung. Semoga uang menjadikan kita lebih mudah menjalani hidup. Bukan menipu diri, yang menjauhkan dari Allah Taala dan menjauhkan dari laku utama.

Orang Tua

Orang Tua
Saya setiap hari alhamdulillah bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakter nya. Saya bersyukur di berikan kesempatan untuk tahu berbagai model manusia. Model kita semua. Sebenarnya ini cerita biasa saja. Panjenengan pun nanti akan berkomentar, ah...biasa saja. Saya suka memperhatikan korelasi antara anak dan orang tua. Berbagai model saya jumpai. Saya cuma berharap bisa mengambil pelajaran. Saya selalu takjub melihat orang tua yang merawat anaknya, ah...biasa saja. Yang membuat saya heran, ada model orang tua yang sederhana, lugu, tak banyak bicara, bingung dengan apa yang harus di perbuat, tapi tulus bekerja keras membantu si anak. Sebaliknya si anak, merasa tahu apa yang harus di perbuat, kurang menghargai upaya orang tua, sering menyalahkan kenaifan dan keluguan nya, sambil terus meminta bantuan mereka. Rasa kagum, prihatin, takjub bercampur aduk di hati saya. Saya tahu, bapak ibu model begini adalah orang yang hebat di jaman nya. Mereka adalah orang orang sederhana yang berhasil melewati masa nya. Tapi mereka juga adalah orang orang yang tak begitu paham dengan jaman kita. Mereka hanya ingin berbuat, tapi banyak di salahkan. Mereka barangkali heran, mengapa anaknya bertatto, mengapa anaknya pakai tindik piercing, mengapa anaknya begini begitu, sesuatu yang di jaman nya adalah hal aneh tak terbayangkan. Mereka hanya bisa menelan ludah, pasrah apa yang terjadi, tak tahu berbuat apa. Orang orang tulus yang bingung menjalani jaman yang bukan jaman nya. Ah...saya jadi teringat simbok saya... Panjenengan barangkali sering menjumpai hal ini. Atau barangkali kita kelak bernasib seperti itu juga. Menjalani jaman yang bukan jaman kita.

Pengaruh

Pengaruh
Dunia sekarang di penuhi dengan internet,dengan segala konten nya. Terutama sosial media. Komunikasi kita pun banyak berubah. Grup wa, bbm, fb, sms menjadi kebutuhan kita. Istilah istilah yang 10-15 tahun lalu asing, menjadi biasa. Ping, tagar, inbox, japri, centang, dan seabrek istilah yang panjenengan semua paham. Seolah komunikasi jadi mudah. Tapi kok ya ada keluhan tho ya... Di Klaten, bapak bapak sopir angkutan pedesaan mengeluh jumlah penumpang sekarang jauh berkurang, salah satunya karena efek hp. Orang jadi tak perlu bepergian. Cukup di wakili hp. Kalau ini ya biasa tho kita, mendengar saudara kita sakit atau bahkan meninggal, cukup doa dari wa, bbm kita. Kadang doa nya panjang, walaupun cuma copy paste, kadang cuma...amin saja. Saya malah khawatir, cara belajar kita juga di pengaruhi model sosial media. Kita suka membaca, tapi yang singkat padat saja. Kalau perlu, jangan lebih dari 140 karakter. Membaca makalah ogah, apalagi buku. Cukup artikel saja, jangan panjang panjang. Ngantuk. Buku sudah ketinggalan jaman, ngebak ngebak i, ribet membawa nya, mahal sisan. Semua sudah di selesaikan Google. Gratis. Menghapal jadi terasa berat. Buat apa menghapal, wong semua sudah ada di android iphone kita. Saya ya jadi bertanya tanya, apa nantinya belajar kita ya sukses dengan belajar model sosial media ini ya?

Pengin Penak dan Banjir

Pengin Penak dan Banjir
Sedih rasanya mendengar berita banjir di mana mana. Tak banyak yang bisa kita perbuat. Kita cuma tahu, banyak kesalahan yang sudah kita lakukan, dan banyak hal baik yang belum kita lakukan. Kita juga jadi tahu, model pemimpin yang bagaimana yang kita butuhkan untuk menangani persoalan persoalan kita. tapi saya merasa, kita semua ini terkadang aneh. kok bisa? Saya lihat kita ini kadang kontradiktif. pingin nya begitu, tapi beresiko begini. Contohnya urusan hujan, kita tak suka halaman rumah kita becek karena genangan air hujan. Kita tak suka jalanan ke arah rumah kita becek. Akhirnya halaman rumah dan jalanan kita cor beton. Dan semua orang melakukan hal sama. Tak ada lagi genangan air hujan, bersih kering cling cling. Tanah tak lagi di beri kesempatan menyerap air. Teori kita, air hujan harus segera mengalir. Pokoknya air hujan harus segera pergi. sebenarnya kita hanya memindah masalah. Air hujan memang berpindah dari halaman rumah kita. Tapi, tetap saja air akan mencari tempat. Kalau sungai, empang, waduk tak cukup, mau tak mau air akan membanjir. Dan kita repot lagi. Giliran musim kemarau, tanah kita yang tak kaya air, kita paksa mengeluarkan simpanan nya yang tak banyak. Ketika simpanan habis, kita menyebut kekeringan. Repot lagi. Akhirnya negeri kita cuma punya dua musim. Musim banjir dan musim kekeringan.

Hukuman Mati

Hukuman Mati
Banyak media heboh memberitakan hukuman mati pada narapidana kasus narkoba. Para pengamat dan aktivis pun bersuara. Dan kita rakyat jelata di suguhi pro kontra hukuman mati. Alasan yang kontra bermacam macam, demikian pula yang pro. Saya mendukung sikap tegas pak Jokowi pada narapidana yang sudah di vonis hukuman mati. Apik pak. Segera eksekusi saja, Miris juga mendengar berita para tervonis hukuman mati, ternyata ndak kapok. Ndak tobat. Malah menjalankan lagi kejahatannya dari penjara. Lha kok ada lho berita, bandar narkoba di tangkap di penjara. Aneh. Jelas ada 'sesuatu' di sana. Masak iyya, di penjara kok mengendalikan sindikat narkoba. Itu yang terlibat, perlu di usut. Memang susah membuat manusia-termasuk kita juga kadang kadang- kapok.

Keterbatasan Pandang

Keterbatasan Pandang
Setiap kita punya keterbatasan pandangan. Kita bahkan kalah sama burung hantu yang bisa memutar leher 360°. Urusan menyeberang jalan saja kita kalah sama ayam, yang tak perlu tengok kiri kanan. Memang kita sangat terbatas. Saya pernah ngobrol sama sopir truk tronton, yang bak nya panjang itu. Saya tanya, apa ya semua yang di belakang terlihat di kaca spion? Lha kok jawab nya, mboten mas, banyak yang tak terlihat. Lha terus pripun, ya tawakal kemawon. Weh...ini pelajaran tingkat tinggi. Menyadari keterbatasan pandang, berusaha, selebihnya adalah urusan Allah Taala. Kita manusia jaman sekarang di manjakan dengan berbagai sarana komunikasi. Siaran live, berita online, tweet, fb. Kita menjadi percaya diri, kita tau semuanya. Bahkan kita sering bermain prediksi, seperti para pengamat yang hebat hebat di tv itu. Padahal kadang kita ya komentar, orang kok sok tau. Tampaknya, kita perlu belajar ilmu sopir tronton. Setahu tahu nya kita, tetap saja pandangan kita terbatas. Pengetahuan kita cuma sebatas layar tv, layar komputer, tablet, atau hp kita. Seperti sopir yang pandangan nya sebatas kaca spion. Terlalu percaya diri ini kadang membuat kita kecewa, setelah tahu kenyataan sebenarnya. Woh. ..jebulnya. ... Selanjutnya marah marah, membully sana sini. Menyalahkan ini itu. Padahal problem nya ya diri kita sendiri, yang sok yakin dengan keterbatasan pandang kita. Kadang kita malah di permainkan, entah oleh siapa, yang sadar keterbatasan pandang kita, dan kemudian di eksploitasi. Apa iyya? Lha itu buktinya, pilihan kita sering di bentuk oleh iklan. Cantik adalah berambut lurus mengkilap. Ini sebenarnya bentuk apus apus bakul shampo. Mungkin hampir 20% warga negara kita tak berambut lurus dari sono nya. Kok ya belum ada tho, model iklan shampo berambut keriting... Ya bisa jadi kita di permainkan dalam banyak hal, politik, ekonomi, selera ini itu. Padahal ya belum tentu betul. Mari kita terus belajar, agar tak mudah di apusi.